Bisnis Dahsyat tanpa modal
readbud - get paid to read and rate articles

5/28/2012

Ilmu Antropologi bagi Calon Administrator

Ketika berdiri didepan kelas mengajar mata kuliah Pengantar Antropologi bagi mahasiswa STIA Paris, Makassar, saya mendapatkan pertanyaan menggelitik dari mahasiswa, “Mengapa mahasiswa Administrasi mempelajari Antropologi, dan apa hubungannya?” Pertanyaan tersebut menarik karena mencerminkan sikap kritis mahasiswa terhadap mata kuliah yang diberikan pengelola program studi. Dibanding mahasiswa yang hanya pasrah menerima setumpuk mata kuliah yang belum tentu relevan tapi harus masuk didalam kurikulum perkuliahan. Sebenarnya pertanyaan tersebut mirip dengan pertanyaan yang tidak terlontarkan ketika masih menuntut ilmu administrasi program pascasarjana di Universitas Indonesia. Ada banyak mata kuliah yang harus diambil, namun saya memandang tidak semuanya relevan. Kala itu beberapa mata kuliah yang saya pandang tidak relevan dengan ilmu administrasi pada level magister seperti Ekonomi Manajerial, Ekonomi Politik dan beberapa mata kuliah lainnya. Kembali kepada pertanyaan mahasiswa administrasi STIA Paris Makassar itu, maka saya memberikan jawaban tekstual bahwa calon administrator negara dan administrator bisnis terlibat dalam hubungan antar manusia dan berada dalam sebuah proses kebudayaan dunia kerja modern. Selanjutnya dijelaskan bahwa ada dua tujuan mempelajari Ilmu Antropologi: pertama, Tujuan akademis yakni Antropologi ingin mencapai pengertian tentang mahkluk manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna bentuk fisiknya, masyarakat serta kebudayaannya. Kedua, tujuan praktis adalah Ilmu Antropologi ingin mempelajari manusia dalam aneka warna masyarakat suku bangsa guna membangun. Antropologi mulai dikenal banyak orang sebagai sebuah ilmu setelah diselenggarakannya International Symposium on Anthropology pada tahun 1951, yang dihadiri oleh lebih dari 60 tokoh antropologi dari negara-negara di kawasan Ero-Amerika dan Uni Soviet. Simposium ini menghasilkan buku antropologi berjudul “Anthropology Today” yang ditulis oleh A.R. Kroeber (1953), “An Appraisal of Anthropology Today” yang ditulis oleh S. Tax, dkk. (1954), “Yearbook of Anthropology” yang dikarang oleh W.L. Thomas Jr. (1955), dan “Current Anthropology” yang diredaksi oleh W.L. Thomas Jr. (1956). Setelah simposium ini, pada beberapa wilayah berkembang pemikiran-pemikiran antropologi yang bersifat teoritis, sedangkan di wilayah yang lain antropologi berkembang dalam tataran fungsi praktisnya. Fungsi praktis ilmu antropologi tercermin dari penggolongan cabang-cabang Ilmu Antropologi seperti Antropologi Ekonomi, Antropologi Kesehatan, Antropologi Politik dan Antropologi Pembangunan. Antropologi ekonomi mempelajari dan memahami masyarakat dengan melakukan penelitian terhadap masalah-masalah yang berhubungan dengan; modal, tenaga kerja, sistim produksi, pemasaran hasil, dan kegiatan lainnya pada masyarakat daerah tertentu. Yang kesemuanya itu mendorong perkembangan dan terbentuknya sub- ilmu antropologi ekonomi. Antropologi Kesehatan mempelajari dan memahami masyarakat dengan melakukan penelitian mengenai masalah kesehatan masyarakat. Penelitiannya untuk mengetahui konsepsi dan sikap penduduk tentang kesehatan, tentang sakit, dukun, obat-obatan tradisional, kebiasaan dan pantangan untuk memakan sesuatu. Hasil penelitian yang demikian untuk membantu para dokter atau para ahli gizi untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Antropologi Politik mempelajari dan memahami kejadian dan gejala politik, persaingan, kerjasama, di antara partai-partai politik yang ada. Antropologi politik juga mempelajari atau memperhatikan latar belakang kebudayaan, sistim nilai dan norma dari manusia-manusia yang menjalankan politik atau pelaku politik itu. Antropologi Lingustik mempelajari cara memahami penggunaan bahasa dalam sebuah konteks yang bisa menjelaskan hubungan sosial atau politik diantara orang-orang yang diselidiki. Misalnya dalam Bahasa Jawa dikenal memiliki tingkatan. Ada tingkatan paling rendah: Ngoko, terus tingkatan yang lebih tinggi adalah Krama, sedang yang paling tertinggi tingkatannya adalah Krama Inggil. Antropologi Pembangunan mempelajari dan memahami masyarakat dengan melakukan penelitian terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan pembangunan. Antropologi pembangunan mengkhususkan diri pada penggunaan metode-metode, konsep-konsep serta teori-teori antropologi. Hasil penelitian tersebut dapat dipergunakan oleh pihak yang berwenang untuk membuat kebijaksanaan pembangunan di suatu daerah tertentu. Bagi mahasiswa Ilmu Administrasi, maka cabang Antropologi Pembangunan adalah ilmu yang relevan antara Ilmu Administrasi dengan Ilmu Antropologi. *)Sumber: Majalah Cerdas, No. 58. Vol. VIII, April 2012, hal. 20 diterbitkan Kopertis WIlayah IX Sulawesi